TUGAS INDIVIDUAL AKUNTANSI ISLAM
Topik I
“Akuntansi
Islam”
Dosen : Trie Yudo Untoro, Lc, M.Sc, IBF
Mata Kuliah : Akuntansi Islam
Disusun oleh :
NIM : 2013. 35. 2091
Program Study : S1 Akuntansi
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AHMAD DAHLAN
JAKARTA
2014
Abstrak
Akuntansi Islam sesuai dengan surat
Al-Baqarah ayat 282, menerangkan prinsip-prinsip syariah dalam berbuat adil dalam aspek kehidupan,
prinsip kebenaran dapat menciptakan keadilan dalam mengakui, mengukur, dan melaporkan
transaksi-transaksi ekonomi. Akuntansi Islam juga
dibutuhkan beberapa pendekatan karena dalam pendekatan tersebut dapat memilih teknik akuntansi yang berbeda
tergantung pada pengaruhnya terhadap kebaikan perekonomian nasional. Pendekatan
ini, merupakan yang lazim sebagai negara menyesuaikan kebijakan akuntansinya
dengan kebijakan makro ekonomi lainnya. Dari beberapa pendekatan
tersebut telah terjadi perbedaan-perbedaan yang mengarah pada posisi
diametral pendekatan teoritis antara aliran akuntansi syari’ah pragmatis dan
idealis serta komparasi antara
aliran idealis dan pragmatis yang menimbulkan perbedaan antara akuntansi
konvensional dan akuntansi islam. Sedangkan yang membedakan akuntansi
islam/akuntansi syariah dengan akuntansi konvensional adalah menyentuh soal-soal inti dan
pokok, sedangkan segi persamaannya hanya bersifat aksiomatis.
Prosedur Akuntansi Islam
diantaranya pengenaan zakat dan perbedaan dari sejumlah
pendapatan, pengeluaran dan aktifitas terkait yang besar di negara Islam
karenanya memerlukan adanya prosedur kontrol. Prosedur-prosedur ini yang membuat petugas memonitor dan menemukan tiap
difisit dan surplus pada perbendaharaan negara yang muncul dari imbalanced
book. Dalam Akuntansi Islam khususnya dalam perhitungan laba, atau kekayaan
kena zakat adalah Realizable Income yang menggunakan nilai atau harga pasar,
exit value atau selling price sedangkan akuntansi konvensional dikenal beberapa
pengukuran laba : Historical Cost, tidak menyertakan holding gain, Business
Income, menyertakan holding gain, Realizable Income yang menggunakan exit value
atau market price, net realizable value, current cash equivalent, Continuously
Contemporary Income Variable Income yang mengeluarkan laba rugi yang tidak
diperkirakan.
A. Pendahuluan
Akuntansi Islam dibutuhkan karena dipengaruhi perilaku manajemen,
pemegang saham, karyawan dan masyarakat sekeliling, tetapi juga organisasi yang
bersangkutan serta faktor lainnya seperti sistem ekonomi, sosial, politik,
peraturan perundang-undangan, kultur, persepsi dan nilai yang berlaku dalam
masyarakat. Sesuai dengan surat Al-Baqarah ayat 282, Allah memerintahkan untuk melakukan penulisan
secara benar atas segala transaksi yang pernah terjadi selama melakukan
muamalah. Dalam Akuntansi islam mengantung prinsip pertanggungjawaban yang mengandung
konsep amanah, prinsip keadilan yang merupakan nilai fitrah dalam manusia untuk
berbuat adil dalam aspek kehidupan, prinsip kebenaran dapat menciptakan
keadilan dalam mengakui, mengukur, dan melaporkan transaksi-transaksi ekonomi.
Maka diperlukan proses pencatatan dan pelaporan semua transaksi dan kegiatan
muamalah yang dilakukan di perbankan, sehingga perlu sistem akuntansi yang
sesuai (relevan).
B.
Tinjauan Pustaka
Akuntansi adalah belajar dan menerapkan prinsip keseimbangan (balance)
atas transaksi atau perkiraan atau rekening yang telah dicatat untuk dilaporkan
kepada yang berhak mendapatkan isi laporan. Islam adalah cara hidup yang
berimbang dan koheren, dirancang untuk kebahagiaan (falah) manusia dengan cara
menciptakan keharmonisan antara kebutuhan moral dan material manusia dan
aktualisasi sosial-ekonomi, serta persaudaraan dalam masyarakat manusia. Menurut
Gilling (1996) menjelaskan
situasi akuntansi yang intinya sebagai berikut:
ü Akuntansi adalah alat
mekanis yang secara pribadi diterapkan pada kegiatan bisnis, akuntansi berkembang
menjadi media yang sangat penting untuk mengungkapkan pada fakta umum yang
penting tentang masyarakat modern dan komplek di mana kita hidup. Akuntansi
bertindak sebagai fungsi pencatatan dengan melaporkan informasi yang berguna
bagi pemilik dan pemegang saham, investor yang disebabkan pemisahan pemilikian
dengan pengawasan tidak lagi memiliki pengetahuan langsung tentang kondisi dan
kegiatan usaha.
Tujuan akuntansi tidak lagi membuat pertanggungjawaban yang jelas bagi
pemilik tetapi membiarkan perusahaan survive. Di pihak lain akuntansi telah
menjadi alat ukur menghitung keuntungan perusahaan yang berbeda dari keuntungan
sosial. Sementara, masyarakat mengharapkan agar perusahaan bertindak sebagai
koordinator dalam menggunakan SDM, bahan dan dana untuk menghasilkan barang dan
jasa dan dalam mendistribusikan hasilnya kepada penyumbang. Tetapi sayangnya
belum dikembangkan kepada metode untuk melaporkan kemajuan masyarakat dan juga
tidak membuat laporan hasil atas hasilnya.
Islam melalui Al Qur’an telah menggariskan bahwa konsep akuntansi yang
harus diikuti oleh para pelaku transaksi atau pembuat laporan akuntansi adalah
menekankan pada konsep pertanggungjawaban atau accountability, sebagai
ditegaskan dalam surat Al Baqarah ayat 282. Disamping itu, Akuntansi Islam
harus berorietasi sosial. Akuntansi Islam tidak hanya sebagai alat ukur untuk
menterjemahkan fenomena ekonomi dalam bentuk ukuran moneter tetapi sebagai
suatu metode untuk menjelaskan fenomena ekonomi itu berjalan dalam masyarakat
Islam.
Dalam pandangan Iwan Triyuwono bahwa Akuntansi Syari’ah yang
berorientasi sosial merupakan salah upaya mendekonstruksi akuntansi modern ke
dalam bentuk yang humanis dan sarat nilai. Tujuannya adalah tercipta peradaban
bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris, transendental dan teleologikal.
Konsekuensi ontologis dari hal ini adalah bahwa akuntan secara kritis harus
mampu membebaskan manusia dari ikatan realitas (peradaban) beserta
jaringan-jaringan kuasanya, untuk kemudian memberikan atau menciptakan realitas
alternatif dengan seperangkat jaringan-jaringan kuasa ilahi yang mengikat
manusia dalam hidup sehari-hari.
Akuntansi Islam/Akuntansi Syari’ah adalah akuntansi yang berorientasi
sosial. Artinya akuntansi ini tidak hanya sebagai alat untuk menterjemahkan
fenomena ekonomi dalam bentuk ukuran moneter tetapi juga sebagai suatu metode
menjelaskan bagaimana fenomena ekonomi itu berjalan dalam masyarakat Islam. Akuntansi
harus dianggap sebagai salah satu derivasi/hisab yaitu menganjurkan yang baik
dan melarang apa yang jelek. Realitas Akuntansi Islam adalah tercermin dalam
akuntansi zakat.
Akuntansi zakat menunjukkan proses di mana kekayaan diperoleh secara
halal oleh perusahaan. Ini merupakan salah satu contoh dari turunan hisab yang
merupakan bidang akuntansi. Disamping itu ternyata melalui Al Qur’an telah
menggariskan bahwa konsep akuntansinya adalah penekanan pertanggungjawaban atau
accountability yang tujuanya menjaga keadilan dan kebenaran.
C. Metodologi
Ø
Pendekatan Penelitian
Dalam artikel ini penulis menggunakan pendekatan empiris. Yaitu
pendekatan dengan menggunakan fakta yang objektif, secara hati-hati diperoleh,
benar-benar terjadi, yang didapat dari beberapa sumber data yang diperoleh dari
responden.
Ø
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research).
Penulis akan mendapatkan data dari literatur berupa buku-buku,makalah, artikel
dan tulisan-tulisan lainnya yang membahas mengenai Akuntansi Islam tentang
buku-buku syariah Islam yang menjadi pokok bahasan dalam artikel ini.
Ø
Jenis Data dan Sumber Data
ü
Jenis Data
Data Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk
membuat pemaparan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta
dan sifat-sifat pada objek penelitian sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
Adapun yang menjadi data kualitatif dalam penelitian ini yaitu data yang
bersumber dari hasil pengumpulan data yang diinterpretasikan ke dalam kata-kata
sehingga tersusun artikel ini.
ü
Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang merupakan data
yang didapat oleh perantaraan dalam artian data yang didapat sudah tersedia
sebelumnya tanpa harus terjun langsung pada responden. Contohnya data-data
tentang Akuntansi Islam.
Ø
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini mengggunakan teknik pengumpulan data berupa studi
dokumentasi (studi pustaka).
Ø
Metode Analisis Data
Penulis dalam menganalisis data terbagi kedalam melalui metode pengukuran
pendekatan-pendekatan akuntansi islam dalam kehidupam masyarakat. Caranya
dengan melihat seberapa besar pengaruh perkembangan perbankan yag berbasis
syariah dalam kehidupan masyarakat yang dapat menciptakan kesejahteraan sosial,
keadilan. Lalu penulis menganalisis dari instrument bunga dan instrument zakat
untuk penguatan analisis dari perspektif Islam.
Ø
Teknik Penulisan Data
Dalam artikel ini teknik penulisan menggunakan :
Iwan Triyuwono, Akuntansi Syariah, (Jakarta;Rajawali Pers,
2006), hal. 13
Iwan Triyuwono, Akuntansi Syariah, hal. 11
Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta;Bumi Aksara,
2004), hal. 11
D.
Diskusi
Mengenal Prinsip dalam
Akuntansi Islam
Prinsip Akuntansi Islam
merupakan nilai pertanggungjawaban, keadilan dan kebenaran selalu melekat dalam
sistem akuntansi syari’ah. Ketiga nilai tersebut tentu saja telah menjadi
prinsip dasar yang universal dalam operasional akuntansi syari’ah. Berikut uraian ketiga prinsip yang terdapat
dalam surat Al-Baqarah ayat 282.
Ø Prinsip Pertanggungjawaban
Prinsip pertanggungjawaban
(accountability) merupakan konsep yang tidak asing lagi dikalangan masyarakat
muslim. Pertanggungjawaban selalu
berkaitan dengan konsep amanah.
Ø
Prinsip Keadilan
Jika ditafsirkan lebih lanjut,
ayat 282 surat Al-Baqarah mengandung prinsip keadilan dalam melakukan
transaksi. Prinsip keadilan ini tidak saja merupakan nilai yang sangat penting
dalam etika kehidupan sosial dan bisnis, tetapi juga merupakan nilai yang secara
inheren melekat dalam fitrah manusia.
Ø Prinsip Kebenaran
Prinsip kebenaran ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dengan prinsip
keadilan. Aktivitas dapat dilakukan dengan baik apabila dilandaskan pada nilai
kebenaran. Kebenaran ini akan dapat menciptakan keadilan dalam mengakui,
mengukur, dan melaporkan transaksi-transaksi ekonomi.
Mengenal Pendekatan
Akuntansi Islam
Pendekatan yang ada dalam
akuntansi syari’ah/akuntansi islam ini ditinjau dari pendekatan tradisional
yang telah dapat diterima lebih tinggi dibanding pendekatan baru. Beberapa
pendekatan tradisional adalah :
v Pendekatan Nonteoritis,
praktis, atau pragmatis
Pendekatan nonteoritis adalah suatu pendekatan pragmatis (atau praktis)
dan suatu pendekatan otoriter. Pendekatan pragmatis adalah pembentukan suatu
teori yang berciri khas sesuai dengan praktik senyatanya, dan pembentukan teori
tersebut mempunyai kegunaan ditinjau dari segi cara penyelesaian yang pragtis
sebagaimana yang diusulkan. Teknik dan prinsip akuntansi harus dipilih karena
kegunaannya bagi pemakai informasi akuntansi dan relevansinya tergadap proses
pengambilan keputusan. Pendekatan otoriter adalah perumusan suatu teori
akuntansi, yang umumnya digunakan oleh organisasi professional, dengan menerbitkan
pernyataan sebagai peraturan praktik akuntansi. Oleh karena pendekatan otoriter
juga berusaha memberikan cara penyelesaian yang praktis.
v Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif adalah pendekatan yang digunakan dalam membentuk
teori yang dimulai dari dalil-dalil dasar tindakan-tindakan dasar untuk
mendapatkan kesimpulan logis tentang pokok yang sedang dipertimbangkan. Jika
diterapkan dalan akuntansi, maka pendekatan deduktif dimulai dengan dalil dasar
akuntansi atau alasan dasar akuntansi dan
tindakan dasar akuntansi untuk mendapatkan prinsip akuntansi dengan cara yang
logis yang bertindak sebagai penentun dan dasar pengembangan teknik akuntansi.
v Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif terhadap pembentukan suatu teori dimulai dari
pengamatan dan pengukuran serta menuju kearah kesimpulan yang digeneralisasi.
Apabila diterapkan pada akuntansi, maka pendekatan induktif dimulai dari
pengamatan informasi keuangan perusahaan, dan hasilnya untuk disimpulkan, atas
dasar hubungan kejadian, kesimpulan dan prinsip akuntansi.
v Pendekatan Etis
Inti dasar pendekatan etis adalah terdiri atas konsep-konsep keadilan,
kejujuran, kebenaran, serta kewajaran. Kewajaran merupakan suatu tujuan yang
diperlukan sekali dalam pembentukan suatu teori akuntansi apabila apapun yang
dipaksakan pada dasarnya dapat dibuktikan secara logis atau secara empiris dan
apabila dioperasikan melalui suatu definisi yang memadai
dan melalui pengenalan sifat-sifatnya.
v Pendekatan Sosiologis
Pendekatan sosiologis perumusan suatu teori akuntansi menekankan
pengaruh social terhadap teknik akuntansi. Pendekatan sosiologis, suatu
prinsip atau teknik akuntansi akan bermanfaat bagi pertimbangan kesejahteraan
sosial.
v Pendekatan Ekonomis
Pendekatan ekonomi terhadap suatu perumusan suatu teori akuntansi menitikberatkan
pengendalian perilaku indikator makro ekonomi yang diakibatkan oleh
pemakaian berbagai teknik akuntansi. Teknik akuntansi yang berbeda
tergantung pada pengaruhnya terhadap kebaikan perekonomian nasional.
Oleh karena itu, dalam rangka penentuan norma akuntansi,
petimbangan-pertimbangan yang dinyatakan oleh pendekatan ekonomi lebih bersifat
ekonomis daripada operasional. Walaupun di masa lalu telah ada kepercayaan pada
akuntansi teknis, namun perkembangan akuntansi teknis, namun perkembangan waktu
memaksa agar penentuan norma mencakup kepentingan ekonomi dan sosial.
Mengapa Akuntasi Islam sebagai alternatif dalam pemecahan solusi
dibandingkan Akuntansi konvensional?
Mengapa perkembangan bisnis perbankan syariah masih belum bisa berkembang pesat
di Indonesia. Hal itu disebabkan karena masih ada persoalan yang menghambat bisnis
perbankan syariah tersebut, jelaskan?
E.
Hasil
Hasil diskusi dari
Prinsip Akuntansi Islam
Prinsip syari’ah/ islam
menjadi aturan dasar yang membentuk pola dan mengatur hubungan bank syariah
baik intern (pengaturan manajemen usaha) maupun ekstern (pengaturan hubungan
dengan nasabah/masyarakat). Berkaitan dengan pengaturan hubungan dengan nasabah
terdapat terdapat lima prinsip dasar perbankan syariah dalam melakukan
transaksi yaitu prinsip titipan atau simpanan (depository), prinsip bagi hasil
(profit sharing), prinsip jual beli (sale dan purchase), prinsip sewa
(operational lease and financial lease) dan prinsip jasa (fee-based service).
Berdasarkan karakteristik
usaha dan prinsip dasar transaksi bank syariah ini, dapat ditemukan beberapa
kepentingan dalam pengembangan bank syariah adalah sebagai berikut :
ü Dapat mengakomodir kebutuhan lapisan masyarakat
yang berkeyakinan bahwa bunga bank sama dengan riba, sehingga mereka tidak
dapat terlayani oleh lembaga perbankan yang menggunakan sistem bunga. Oleh
karenanya dengan pengembangan Bank Syariah diharapkan akan dapat lebih
mengoptimalkan mobilisasi dana masyarakat terutama dari segmen masyarakat yang
selama ini belum tersentuh oleh sistem perbankan yang ada.
ü Pembiayaan pada bank syariah yang lebih menekankan
sistem bagi hasil akan dapat mendorong terciptanya pola hubungan kemitraan
(mutual investor relationship). Pola yang semacam ini dapat menciptakan
dorongan yang sama dari pemilik dana, bank dan pengguna dana untuk menciptakan
kegiatan usaha yang menguntungkan, memperhatikan prinsip kehati-hatian dan
berupaya memperkecil resiko kegagalan usaha. Karakteristik ini diharapkan akan
mendorong terciptanya etika usaha dan integritas pemilik dan pengurus yang
tinggi.
ü Adanya larangan transaksi keuangan yang bersifat
spekulatif dan yang tidak didasarkan pada kegiatan usaha riil, menyebabkan
alokasi sumberdaya keuangan pada sistem perbankan syariah merupakan respon
langsung terhadap kapasitas produksi dan output sektor riil. Secara makro
karakteristik ini diharapkan dapat memberi dampak positif dalam upaya mengatasi
permasalahan inflasi dan mengurangi kondisi pertumbuhan ekonomi semu (buble
economics).
Hasil diskusi dari
Pendekatan akuntansi Islam
Pendekatan akuntansi islam dapat menggunakan teori pemikiran akuntansi
kontemporer melalui proses penggujian normatif terhadap kesesuaian dan
ketidaksesuaian teori akuntansi kontemporer itu menurut prinsip dan standar
syariah. Pendekatan ini bisa mengabaikan landasan dasar dari Teori Akuntansi
Islam. Oleh karena itu maka pendekatan dekonstruksi juga harus terus dilakukan
sehingga suatu saat keduanya bisa digabungkan menjadi Teori Akuntansi Islam
yang komprehensif. (Triwuyono, 2000)
Pendekatan rekonstruksi telah dipakai oleh The Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) dalam mengemukakan
proses perumusan Teori Akuntansi Islam :
Dengan tujuan berdasarkan prinsip Islam dan ajarannya, kemudian
pertimbangkan tujuan ini dengan pemikiran kontemporer dimulai dari tujuan yang
ditetapkan akuntansi kontemporer, lakukan pengujian, lalu terima yang sesuai
dengan syariat Islam dan tolak yang bertentangan dengan syariat Islam.
Untuk merumuskan teori prinsip Akuntansi Islam ini maka langkah yang
dapat ditempuh adalah :
ü
Memahami teori Akuntansi Kapitalis.
ü
Memahami beberapa pendapat normatif dari para ahli/lembaga tentang teori
Akuntansi Islam.
ü
Menguasai syariah, konsep, filosofi dan prinsip kehidupan Islam yang
didasarkan pada ketauhidan, keadilan, kejujuran, dan amar ma'ruf nahi munkar.
ü
Rekonstruksi teori Akuntansi Kapitalis menjadi teori Akuntansi islam
dengan cara :
Ø
Memakai konsep/teori yang tidak bertentangan dengan syariah Islam.
Ø
Menolak dan menghilangkan konsep/norma yang bertentangan dengan norma
Islam.
Ø
Menganalisa & mendefinisi konsep yang dikategorikan masih kabur
antara teori Akuntansi Islam dengan Akuntansi Kapitalis.
Ø
Merumuskan konsep baru yang Islami yang ditambahkan ke dalam teori
Akuntansi Islam jika belum ada.
Ø
Menguji konsep Akuntansi Syariah hasil rekonstruksi dengan cara diskusi,
seminar, konferens, syimposium, public hearing, delphi system menggunakan
tenaga ahli dibidangnya untuk mengomentari.
Ø
Menguji teori Akuntansi Syariah itu melalui empirical research dan
secara terus menerus melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
Dapat diringkaskan dari prinsip dan pendekatan akuntansi islam bahwa,
dalam perbandingan antara akuntansi islam dengan akuntansi konvensional mengarah pada posisi diametral pendekatan
teoritis antara aliran akuntansi syari’ah pragmatis dan idealis serta komparasi antara
aliran idealis dan pragmatis. Untuk yang membedakannya adalah menyentuh soal-soal inti dan pokok akuntansi tersebut, sedangkan segi persamaannya
hanya bersifat aksiomatis.
Untuk Prosedur Akuntansi Islam diantaranya pengenaan zakat dan perbedaan dari sejumlah
pendapatan, pengeluaran dan aktifitas terkait yang besar di negara Islam
karenanya memerlukan adanya prosedur kontrol. Prosedur-prosedur ini yang membuat petugas memonitor dan menemukan tiap
difisit dan surplus pada perbendaharaan negara yang muncul dari imbalanced
book. Dalam Akuntansi Islam khususnya dalam perhitungan laba, atau kekayaan
kena zakat adalah Realizable Income yang menggunakan nilai atau harga pasar,
exit value atau selling price sedangkan akuntansi konvensional dikenal beberapa
pengukuran laba : Historical Cost, tidak menyertakan holding gain, Business
Income, menyertakan holding gain, Realizable Income yang menggunakan exit value
atau market price, net realizable value, current cash equivalent, Continuously
Contemporary Income Variable Income yang mengeluarkan laba rugi yang tidak
diperkirakan.
Akuntansi
Islam sebagai alternatif dan pemecah solusi karena didasarkan pada filosofi
Islam yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Hadist dan telah berhasil
diimplementasikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam era kepemimpinannya dan berhasil
menciptakan masyarakat sejahtera dan
bahagia dunia dan akhirat. Perbedaan antara akuntansi Islam dan
Konvensional pasti ada karena keduanya memiliki dasar filosofi yang berbeda.
Islam memiliki wordview (pandangan) yang dibimbing Allah SWT sedangkan
Kapitalis membawa worldview yang didasarkan pada pemikiran manusia yang
dikuasai rasio dan nafsu yang biasanya
dikendalikan oleh syetan atau dalam terminologi al-Qur’an di sebut “thoghut”.
Akuntansi
syariah merupakan elemen yang harus dapat mewujudkan sistem ekonomi Islam yang
adil, jujur, dan kekayaan tidak menumpuk pada satu pihak saja, tidak merusak
alam, akidah dan ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT. Akuntansi harus
bisa menciptakan ekonomi yang adil dan Islam yang rahmatan lil alamin.
Akuntansi Islam harus menopang dan menfasilitasi berjalannya sistem ekonomi
Islam yang dapat menopang dan menciptakan masyarakat islam yang diridloi Allah
SWT. Ketiga elemen ini (tentunya banyak lagi elemen lain) harus merupakan suatu
integrasi yang saling mendukung dan berjalan secara interaktif, interrelated
(saling berhubungan) dan berevolusi menuju sistem yang lebih baik. Begitu juga,
tersedinya prosedur “learning (pembelajaran)” yang ditopang oleh Research and
Development yang intens dan SDM yang berkualitas (Choudhury, 2000).
ü Akuntansi Pertanggungjawaban
Satu hal
yang penting dikaji dari ayat 282 surat al-Baqarah adalah adanya perintah dari
Allah kepada kita untuk menjaga keadilan dan kebenaran di dalam melakukan
setiap transaksi. Lebih dalam perintah ini menekankan pada kepentingan pertanggungjawaban
agar pihak yang terlibat dalam transaksi itu tidak dirugikan, tidak menimbulkan
konflik, dan adil. Untuk mewujudkan sasaran ini maka dalam suatu transaksi
diperlukan saksi. Jadi pertanggungjawaban ini bukan hanya pertanggungjawaban
atas uang yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan, akan tetapi
pertangungjawaban ini harus mampu meningkatkan tanggung jawab secara horizontal
dan vertikal. Pertanggungjawaban horizontal tertuju pada masyarakat,
pemerintah, dan kepatuhan pada peraturan. Sementara pertanggungjawaban vertikal
adalah tertuju pada transendensi aktivitas (financial, dan sebagainya) kepada
dzat yang memberikan tanggung jawab. Secara rinci, pertanggungjawaban akuntansi
dimaksudkan untuk memenuhi informasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan.
Akuntansi pertanggungjawaban adalah ciri khas akuntansi islam. Sebab akuntansi
pertanggungjawaban adalah akuntansi yang memberikan informasi yang adil dan
benar.
Alhasil,
Akuntansi Islam itu ada dan berbeda dari Akuntansi konvensional. Perbedaan
keduanya ada yang mendasar dan ada yang hanya dari segi tekniknya. Sehingga
nanti bisa saja berbeda tujuan laporan keuangan, prinsip dan juga bentuk
laporan keuangannya. Bisa juga berbeda dari pengakuan (recognition), pengukuran
(measurement), penyajian (disclosure) dan sebagainya.
Perkembangan bisnis perbankan
syariah masih belum bisa berkembang pesat di Indonesia. Hal itu disebabkan
karena masih ada persoalan yang menghambat bisnis perbankan syariah tersebut diantaranya :
1.
Ketersediaan
produk dan standarisasi produk perbankan syariah. Hal ini dikarenakan selama
ini masih banyak bank syariah yang belum menjalankan bisnisnya sesuai prinsip
syariah. Standardisasi ini diperlukan dengan alasan industri perbankan syariah
memiliki perbedaan dengan bank konvensional. Apalagi, produk bank syariah tidak
hanya diperuntukkan bagi nasabah muslim, melainkan juga nasabah nonmuslim.
2.
Tingkat
pemahaman (awareness) produk bank syariah. Hingga saat ini, sangat sedikit
masyarakat yang tahu tentang produk-produk perbankan syariah dan istilah-istilah
di perbankan syariah. "Hanya sekitar 30 persen dari sumber daya yang
direkrut mengetahui istilah perbankan syariah serta tingkat
awareness-nya," tambahnya.
3.
Industri
perbankan syariah adalah sumber daya manusia (SDM). Masalah yang terjadi adalah
pihak perbankan kesulitan untuk mencari SDM perbankan syariah yang berkompeten.
"Justru banyak mengambil SDM untuk perbankan syariah dari perbankan
konvensional dan SDM-SDM yang potensial.
F.
Kesimpulan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa akuntansi
syariah dibutuhkan karena lahir dari nilai-nilai dan ajaran syariah Islam
seiring dengan meningkatnya religiusitas masyarakat Islam dan semakin banyaknya
entitas ekonomi yang menjalankan usahanya berlandaskan prinsip syariah.
Akuntansi syariah merupakan bidang baru dalam kajian akuntansi yang memiliki
karakteristik unik berbeda dengan akuntansi konvensional, karena mengandung
nilai-nilai kebenaran berlandaskan syariat Islam. Kerangka akuntansi
konvensional, yang didasarkan pada ide-ide barat, tidak sesuai diterapkan pada
masyarakat islam. Ketidaksesuaiannya antara akuntansi konvensional dengan
akuntansi syariah terlihat pada aspek pengeliminasian nilai-nilai agama, penggunaan
rasionalitas sebagai dasar pengambilan keputusan, penekanannya pada nilai
pemilik modal pada suatu perusahaan.
Sementara, paradigma syari’ah menekankan pada aspek
nilai hukum dan etika islami dalam sistem akuntansi. Penerapan akuntansi
syari’ah berdasarkan sangat berhubungan dengan tauhid al-ibadah mengakui
ke-Esa-an Allah sebagai pemilik Alam semesta ini. Hal yang lebih penting adalah
penjabaran tersebut diharapkan dapat diterima oleh semua golongan, khususnya
bagi kelompok non-muslim. Oleh karena itu, hal ini bukanlah tugas yang mudah,
kecuali ada upaya yang sungguh-sungguh untuk mencapai suatu keadaan yang
islami, pada seluruh aspek kehidupan. Jika hal ini dapat diwujudkan, maka usaha
yang terus menerus itu dapat diterjemahkan dalam bisnis , manajemen. Itu semua
dapat dilakukan dalam rangka untuk menantarkan manusia dapat mencapai tingkat
kemenangan (falah).
Daftar Pustaka
Iwan Triyuwono, Akuntansi
Syariah, (Jakarta;Rajawali Pers, 2006), hal. 13
Iwan Triyuwono, Akuntansi Syariah, hal. 11
Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta;Bumi Aksara, 2004), hal. 11
http://duniaislamnet.wordpress.com/ekonomi-islam/prosedur-dan-sistem-akuntansi-pada-masa-awal-pemerintahan-islam/
http://kurmakurma.wordpress.com/ekonomi/mengenal-akuntansi-syariah/
Iwan Triyuwono, Akuntansi Syariah, hal. 11
Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta;Bumi Aksara, 2004), hal. 11
http://duniaislamnet.wordpress.com/ekonomi-islam/prosedur-dan-sistem-akuntansi-pada-masa-awal-pemerintahan-islam/
http://kurmakurma.wordpress.com/ekonomi/mengenal-akuntansi-syariah/
kumpul.blogspot.com/2013/09/faktor-pendorong-munculnya-akuntansi-syariah-islam.html/
http://imanph.wordpress.com, materi-kuliah, akuntansi-syariah